Hardisman, Hardisman (2018) ‘Menakar Ulang’ Peran dan Kompetensi Bidan. Minangkabau News.
|
Text
Menakar Ulang Peran dan Kompetensi Bidan - Minangkabaunewsm.pdf Download (307kB) | Preview |
Abstract
Hari ini, tanggal 24 Juni adalah “Hari Bidan Sedunia” yang diperingati setiap tahunnnya sebagai pengakuan atas peran bidan dalam upaya kesehatan ibu dan anak. Di seluruh dunia, upaya pelayanan kesehatan dalam pemantauan kehamilan (antenatal care), persalinan, dan kontrol pasca melahirkan (postnatal care) sebahagian besarnya dilakukan oleh bidan. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan United Nation for Children Fund (Unicef) menyebutkan bahwa mencapai 62 hingga 65% persalinan ditolong oleh bidan. Sebagai upaya peningkatan agar pemantauan kehamilan dan persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan, pemerintah mengupayakan peningkatan peran bidan sebagai pelayan terdepan. Kemenkes, dengan koordinasi dibawah Dinas Kesehatan Kabupaten Kota meningkatkan ketersediaan bidan sampai pada daerah terpencil dan terluar melui bidan PTT dan bidan desa. Peningkatan peran bidan tidak dapat dipisahkan dari jumlah, distribusi, dan kompetensi bidan yang akan melayani. Saat ini ada 250 ribu lebih bidan di Indonesia. Artinya, berdasarkan rasio dari jumlah penduduk dan jumlah pasangan usia subur di Indonesia, jumlah bidan yang ada sekarang sudah sudah dinilai berlebih.Seharusnya layanan yang baik itu juga dibuktikan dengan indikator-indikator kesehatan ibu dan anak yang baik. Namun kenyataannya, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator kesehatan negara, dan sekaligus menjadi cerminan peranan bidan tidaklah semakin baik. Contohnya, pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013, AKI dilaporkan 359/100.000 kelahiran hidup yang justru semakin memburuk periode sebelumnya. Terlepas dari perdebatan metodologis dan aspek lainnya, itulah fakta pahit yang mesti ditelan. Tahun 2015 dilakukan penilaian ulang dalam Survei Penduduk Antar Sensus, tetap mendapatkan AKI yang tinggi, yaitu 305/100.000 kelahiran hidup. Berbagai laporan resmi pemerintah dan penelitian-penelitian lainnya juga mengindikasikan belum optimalnya peran bidan sebagai ‘screening’ awal dalam pemantauan kehamilan dan persalinan. Kasus-kasus yang dirujuk ke RS sering mengalami keterlambatan. Hal ini dibuktikan dengan lebih dari 40% kematian ibu yang terjadi di RS berasal dari rujukan bidan dan puskesmas. Tentunya, ada faktor lain yang juga berperan dalam hal ini, seperti aspek psikososial dan budaya masyarakat, namun adanya faktor peranan bidan sebagai pemberi layanan tidak dapat dinafikan.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine |
Divisions: | Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Mr Pebriyantoson Soni |
Date Deposited: | 17 Jul 2018 15:51 |
Last Modified: | 17 Jul 2018 22:24 |
URI: | http://repo.unand.ac.id/id/eprint/6655 |
Actions (login required)
View Item |