Rabab Pasisia Selatan di Minangkabau di Ambang Kepunahannya

Rosa, Silvia (2017) Rabab Pasisia Selatan di Minangkabau di Ambang Kepunahannya. Lokabasa, 8 (1). pp. 73-85. ISSN p-ISSN: 2338-6193 ; E-ISSN: 2528-5904

[img]
Preview
Text (Author’s self archive)
Rabab Pasisia .pdf

Download (990kB) | Preview

Abstract

Barabab adalah suatu bentuk pertunjukan seni tradisi yang menyampaikan cerita kaba oleh seorang atau dua orang penampil dengan diiringi oleh permainan alat musik rabab (semacam alat musik gesek yang mirip biola).Pertunjukan Barabab berlangsung semalam suntuk. Biasanya pertunjukkan Barabab dihadirkan sebagai salah satu bentuk bungo alek (hiasan keramaian) dalam sebuah acara, baik perkawinan, perayaan atau peresmian peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat adat di Minangkabau. Sesungguhnya, ada empat jenis seni pertunjukkan rabab dalam masyarakat Minangkabau yakni: a) rabab pariaman; b) rabab pasisia; c) rabab darek; dan d) rabab badoi. Dari keempat jenis itu, yang dinilai sebagai bentuk yang tertua adalah yang pertama, yaitu rabab pariaman, sedang tiga yang lainnya adalah bentuk perkembangan dan variasi dari jenis yang pertama. Akan tetapi, bentuk yang kedua dinilai sebagai jenis yang paling populer dan banyak diminati masyarakat Minangakabau pada umumnya karena lebih variatif dan dapat mengikuti trend selera audience, baik kalangan orang tua, maupun orang muda. Kalangan usia muda direspon seleranya terutama melalui bagian penyampaian pantun-pantun jenaka dan muda-mudi – biasanya disebut dengan bagian raun sabalik, kasiah bajujuik dan ginyang balantak - yakni yang berlangsung sejak senja hari sampai tengah malam, sebaliknya kalangan usia tua dipenuhi aspirasi seleranya dalam bagian inti penyampaian cerita kaba yang lebih menggurat kisah sedih perjalanan kehidupan. Permasalahannya kini adalah realitas pewarisan seni pertunjukkan Barabab itu kini bagaimana? Pewarisan aktif keterampilan mempertunjukkan seni tradisi Barabab tidak berlangsung baik dan berkesinambungan dari si pewaris aktif kepada generasi berikutnya.Penampil Barabab adalah pria-pria tua yang sudah berumur di atas 55 tahun dan atau lebih. Lalu bagaimana bila pewarisan tidak berlangsung lurus secara berkesinambungan dari generasi tua kepada generasi muda berikutnya. Tentu saja seni tradisi Barabab akan tinggal kenangan dan nama saja, berganti dengan corak musik Barat yang cenderung lebih diminati oleh generasi muda kini, misalnya organ tunggal dan sejenisnya. Kerisauan akan kepunahan seni tradisi Barabab ini sudah patut direncanakan tindakan penyelamatannya. Salah satu upayanya adalah dengan mencanangkan secara aktif untuk belajar budaya, khususnya belajar seni tradisi pertunjukan Barabab yang telah menjadi ikon seni pertunjukan penting di Pesisir Selatan.Upaya ini penting dilakukan secara terorganisir antara pemerhati budaya (perguruan tinggi) dengan Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk membangun ruang atau tempat untuk belajar budaya, terutama seni Barabab, tindakan urgen untuk dirintis dan dikembangkan ke depan, dan sejak kini. Kata kunci: Barabab, kepunahan, pewarisan, dan revitalisasi

Item Type: Article
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GR Folklore
M Music and Books on Music > ML Literature of music
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Daerah
Depositing User: Silvia Rosa
Date Deposited: 06 Nov 2017 17:06
Last Modified: 06 Nov 2017 17:06
URI: http://repo.unand.ac.id/id/eprint/5342

Actions (login required)

View Item View Item