Hardisman, Hardisman (2017) Berzikir Dalam Tauhid Menghadirkan Ketenteraman Jiwa dan Pencegahan Penyakit Psikosomatik. Gosyen Publishing.
|
Text
Cover Zikir Sehat.pdf - Published Version Download (41kB) | Preview |
|
|
Text
Bag-1_ Pend-Bab1_Zikir sehat pdf.pdf - Published Version Download (297kB) | Preview |
|
|
Text
Bag-5_ Bab5_Zikir sehat pdf.pdf - Published Version Download (145kB) | Preview |
|
|
Text
Bag-7_ Bab7 Pustaka-Penulis_Zikir sehat pdf.pdf - Published Version Download (257kB) | Preview |
Abstract
Jika manusia tidak mampu menggunakan segala karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa kepadanya maka ia akan hanyut dalam kegelapan duniawi. Sebagaimana halnya juga, jika manusia dalam mencari kehidupan dunia tidak mengindahkan apa yang telah digariskan; jauh dari kebenaran, senang kepada yang haram, berbuat kerusakan, menyakiti nilai-nilai kemanusian dan berbuat kemaksiatan, maka secara perlahan tapi pasti ia akan jatuh kedalam kebinasaan. Orang yang jatuh kedalam jurang kehancuran ini adalah orang-orang yang yang tidak ada zikir dalam qalbu dan lisannya, sehingga ia menjadi jauh dari jalan kebenaran (sesat), lupa diri dan dikuasai oleh bujuk rayu syaithan, sehingga melakukan segala perbuatan maksiat, yang akhirnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan. Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.” Artinya: “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” Artinya: “Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” Artinya: “Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta." Maqam taqwa itu hanya dapat diraih dengan iman yang penuh keikhlasan. Iman yang ikhlas menghantarkan seseorang mampu mengendalikan dirinya, berprilaku yang baik dalam lingungan sosial, ibadah yang terperlihara, dan dengan qalbu yang senantisa berzikir. Keserasian antara hubungan muamalah adalam lingkungan sosial dan dengan Sang Pencipta menjadikan jiwa yang tenang dan tenteram. Secara langsung sebagaimana dalil-dalil dalam Al-Quran, bahwa orang yang taqwa akan senantiasa mendapatkan perlindungan dan pertolongan. Secara tidak langsung, orang yang hubungan muamalah dalam lingkungan sosial baik akan merasa teang dalam kesehariannya. Perasaan was-was dan curiga dan ketakutan akan terhindar bila dengan tentangga dan sejawat tempat kerja selalu baik dan terpelihara. Yang semuanya itu menghantarkan dirinya mendapatkan keteangan dan ketenteraman dalam hidup. Orang yang berzikir ini akan kuat jiwanya dan tidak rentan terhadap permasahan hidup (stress psikososial) karena dia yakin dengan ikhlas ada rahmat dan pertolongan Allah SWT selalu ada bersamanya. Kekuatan terhadap stresor psikososial tersebut menjadikan seseorang tidak mudah jatuh kedalam stres yang tidak terkompensasi (distres), kecemasan berlebihan, atau bahkan gangguan yang lebih berat. Ketenteraman jiwa atau kestabilan psikis ini berperan dalam mendorong fungsi-fungsi organ dan sistim organ tubuh tetap fungsi normal (fisiologis). Semuanya nanti memberikan manfaat pada keseimbangan dan kesehatan berbagai sistem tersebut, seperti sistim saraf otonom, sistim hormonal, jantung dan pembuluh darah, saluran cerna. Akhirnya, dapat kita fahami bahwa ketenteraman dan ketentraman jiwa yang sekaligus diperoleh oleh orang yang berzikir menghantarkan dirinya sehat secara holistik: fisik dan mental.
Actions (login required)
View Item |