Hardisman, Hardisman (2019) Gadget dan Perkembangan Psikologis Anak. Padang Ekspres.
|
Text
Padeks_Gadget dan Ggn Psikologi Anak.pdf - Published Version Download (772kB) | Preview |
Abstract
Masalah yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah anak-anak yang sudah pada tahap kecanduan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi) dengan gawai tersebut. Kecanduan tersebut terutama menganderungi permainan dengan gawai secara online (daring) melalui berbagai aplikasi. Pada tahap kritis, kecanduan gawai sudah memasuki tahapan gangguan kejiwaan. Bahkan secara resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa kecanduan bermain gawai adalah termasuk gangguan kejiwaan. Penggolongan kecanduan bermain dengan gawai sebagai penyakit akan masuk dalam klasifikasi penyakit atau diagnosis resmi secara medis dalam ICD versi Secara empiris di lapangan saat ini sudah ditemukan anak dan remaja yang mengalami gangguan kejiawaan akibat gawai ini. Meskipun ada anak kecanduan gawai tidak akan sampai pada tahap gangguan kejiwaan berat, namun perkembangan kejiwaan pada aspek tertentu sudah mengalami masalah. Anak-anak dengan adiksi gawai bisa berdampak pada kematangan emosional dan nilai sosial yang rapuh. Mereka akan tumbuh dalam kejiwaan yang mementingkan diri sendiri (selfish dan egois) dan hidup dalam dunianya saja (narsistik) dalam tingkat ringan atau hingga yang sangat mengkhawatirkan. Anak-anak yang tumbuh dengan kejiwaan seperti ini, melahirkan generasi masa depan yang lemah pula kepedulian pada orangtua, sanak saudara daan lingkungan. Pada akhirnya muncullah generasi yang mayoritas lemah nilai kepemimpinan dan nilai juangnya untuk bangsa ini. Kita Mau Apa dan Bagimana? Melihat kondisi ini, tentu perlu secara bersama mencarikan solusinya. Langkah pertama yang harus disadari adalah pendidikan dan arahan dalam keluarga. Harus diakui, penyebab awal masalah ini adalah gagap berteknologi yang sebenarnya mulai terjadi pada orangtua. Ada di antaranya yang tanpa kontrol dan tanpa batas usia memberikan gawai kepada anaknya. Gawai dijadikan alat untuk menenangkan anak yang masih Balita. Lalu mulailah anak sejak dini menyukainya. Bahkan, tidak jarang ada orangtua yang dengan bangga bercerita bahwa anaknya yang masih balita bisa mengunduh aplikasi dan memainkan permainan. Padahal, sejak saat itu, ia telah memberikan racun pada anaknya. Sangat menyedihkan bila pada saat yang sama, si orangtua juga telah menjadi pengguna gawai yang berlebihan. Bagaimana orangtua mampu mengarahkan dan mengontrol anaknya dengan baik, jika dia juga mempunyai penyakit yang sama. Oleh karena itu, kesadaran akan nilai-nilai keluarga dan memahami peran orangtua harus disadari. Pemahaman nilai-nilai agama terutama dalam hal pendidikan anak (parenting) mutlak diperlukan. Langkah yang baik di antaranya dengan prinsip dakwah (QS An-Nahl: 125) dan ketegasan mendidik anak dalam Islam (QS An-Nisa’: 9). Mendidik dan mengarahkan anak harus dengan hikmah, keteladanan namun tetap dalam ketegasan. Prinsip itu dapat diterapkan dalam langkah praktis dengan menerapkan prinsip pilar-pilar “Promosi Kesehatan” yaitu menyiapkan sarana dan suasana keluarga yang baik, memberikan contoh dalam kebersamaan dengan anak (kemitraan), keharmonisan dan kekompakkan antara kedua orangtua dalam mendidik (advokasi), dan terus meemberikan ilmu dan pemahaman terhadap anak (edukasi). Bagi yang mempunyai anak usia sekolah, berikanlah arahan yang baik, dan lakukan kontrol yang benar terhadap penggunaan gawai mereka. Sebaliknya, pada anak balita, tidak dapat dibenarkan tindakan memberkan gawai tanpa pendampingan.
Actions (login required)
View Item |